Di kotaku, bersahabat itu tergantung pada kesamaan keyakinan. Berbicara berbeda akan dituduh melawan kebanyakan. Kotaku kini hilang. Di sudut kucari, kosong. Hampa!
Di kotaku, berbuat baik, akan dilawan, dibubarkan! Di zaman edan, membantu orang, harus minta ijin orang banyak! Kalau perlu, Tuhan akan dituntut bayar untuk surat ijinnya!
Di kotaku, menjalani hidup itu harus diam. Mulut terkunci rapat, bibir bisu sunyi. Sedikit bersuara, dicap rusak tatanan kenyamanan. Perbedaan tak boleh disentuh apalagi diomongkan! Kuingin hangat mememenuhi!
Aku harus bagaimana lagi, di kotaku kini, kepalaku dituntut menunduk. Wajah harus terpasang nanar di setiap waktu. Hanya boleh mendongak sesekali, kalau Tuhan memanggil dari langit. Terkutuk!
Di kotaku, sialnya, aku harus pura-pura merasa nyaman dan bahagia! Di kotaku, aku hanya bisa merintih tanpa diijinkan mengaduh. Semoga tak abadi!
Di kotaku, hatiku akrab berkawan dengan rasa takut dan merelakan! Aku hanya ingin hidup, bernyanyi damai!
Permintaanku tak banyak, ijinkan aku sepanjang waktu untuk mencium mekar harum bunga Tuan…
Jogja/5/2/2018